Assalamualaikum,
Hampir semua cerita cinta baik dongeng ataupun film menggambarkan pernikahan merupakan akhir dari perjalanan cinta. Banyak pasangan muda menganggap pernikahan adalah gerbang kebahagiaan, pernikahan adalah akhir dari kisah cinta yang indah. Maka tak heran para pasangan muda berlomba ingin segera masuk ke dunia pernikahan.
Padahal pernikahan sungguh tak sesederhana itu. Pernikahan awal dari kebahagiaan itu benar, namun pernikahan bukan akhir dari perjalanan. Bahkan pernikahan adalah awal dari perjalanan memasuki dunia baru. Dunia yang dimana kita harus mampu berproses, terus beradaptasi, terus belajar, sehingga cinta yang dirasakan oleh suami-istri tidak akan hilang bahkan bisa bertambah kuat dan mendalam.
Kemampuan Adaptasi Sangat Penting
Tahun-tahun awal pernikahan tahun yang indah bagi pasangan yang baru menikah juga tahun yang mengagetkan. Tak heran beberapa pasangan memilih memutuskan menyudahi pernikahannya yang masih seumur jagung, salah satu alasannya karena ‘ketidakcocokan’.
Banyak yang kaget karena melihat sifat dasar, karakter dan kebiasaan diri dengan pasangan yang berbeda, bahkan jauh berbeda. Perbedaan ini jelas karena lahir dari orang tua berbeda, kebiasaan keluarga yang berbeda, latar belakang pendidikan berbeda, pergaulan berbeda. Apakah harus memaksakan untuk menjadi sama? Tentu tidak bisa, yang kita bisa lakukan adalah beradaptasi.
Dalam proses adaptasi ini tentu tidak mudah, satu sama lain harus melebur ego yang ada dalam diri akan ke-idealisme-an yang sudah ada di benak masing-masing tentang pasangan dan mencoba memahami diri pasangan saat ini. Tahun-tahun awal pernikahan skill adaptasi kita akan sangat diujikan.
Ketidakmampuan beradaptasi dengan baik dapat membuat persoalan yang sebenarnya sepele menjadi sangat besar. Sehingga membuat keretakan dalam rumah tangga.
Perubahan Akan Terus Terjadi
Dulu, saya berpikir bahwa memahami pasangan cukup sekali. Maksudnya, setelah berhasil beradaptasi dan memahaminya saya sudah sukses dan tidak perlu beradaptasi lagi dengan diri pasangan. Dengan kata lain saya berpikir individu itu akan statis, pasangan saya tidak akan berubah lagi sifat, sikap dan karakternya. Ternyata saya salah besar.
Saya pernah membaca buku Wonderfull Family karya Bapak Cahyadi Takariawan, dan disinilah awal mula saya menyadari bahwa pemikiran saya salah selama ini. Beliau memaparkan bahwa perubahan pada pasangan anda dan diri anda akan terus terjadi. Dalam arti proses adaptasi dengan pasangan ini akan terus kita lakukan.
Setiap individu itu dinamis, artinya bisa berubah sesuai pengalaman, pergaulan, ilmu dan lain sebagainya. Banyak dari kita kehilangan ‘peta’ pasangan kita sendiri karena menganggap ia sama dengan 10 tahun lalu (misalnya). Padahal individu akan mengalami banyak perubahan dalam jangka waktu 10 tahun tersebut. Kehilangan ‘peta’ pasangan ini salah satunya karena menganggap pasangan tidak akan berubah lagi dan komunikasi suami istri tidak lancar atau tidak produktif.
Perbedaan untuk Saling Memahami
Jadi jangan lagi mengutuk perbedaan, jangan lagi menyalahkan perbedaan karena perbedaan akan terus ada, akan terus hadir dalam kehidupan rumah tangga, dan akan terus menuntut kita untuk memilih. Memilih perbedaan sebagai sarana saling meninggikan ego atau malah memilih perbedaan sebagai sarana saling memahami.
Dulu saya sangat suka sambal, memang sudah kebiasaan dan budaya keluarga besar tak afdol kalau makan belum pakai sambal. Sedangkan suami saya tidak suka sambal, menurut saya pedas nya hanya sedikit sekali bisa membuat suami batuk-batuk karena tersedak. Awal pernikahan sangat membuat saya serba salah, setiap saya masak suami selalu tak selera karena pedas. Saya akhirnya memasak tanpa pedas, namun nafsu makan saya yang harus dikorbankan. Perbedaan sepele yang membuat kami melebur ego.
baca juga : Pesan Pernikahan dalam Drama VIP
Dengan proses waktu, kami semakin belajar, semakin beradaptasi lebih fleksibel. Kini saya bisa makan dengan nikmat tanpa sambal, dan suami selalu menanyakan ‘mana sambalnya?’ ketika saya masak. Hehe. Ya kami sekarang sudah berubah, tentu perubahan ini sangat kami syukuri, semakin memahami pasangan satu sama lain, saling melebur ego, semakin bahagia kami menjalaninya. Ya, awal mula dari perbedaan namun jadi keberkahan, tinggal bagaimana kita melihat sisi baik dalam sebuah kejadian.
Mempersiapkan Diri dalam Perubahan
Banyak pasangan muda tidak bisa menerima perubahan karena ‘tidak siap’ dengan perbedaan. Bayangkan kita sedang berjalan, kita tahu bahwa jalan tersebut tidak rata, banyak lubang dan baru saja selesai turun hujan, sudah dipastikan jalan tersebut banyak genangan air. Sehingga ketika melewati jalan tersebut kita fokus dan berhati-hati, dari jauh sudah terlihat lubang kita sudah memikirkan akan menghindari lubang ke arah kanan atau kiri. Ketika kita tahu, kita akan siap dan lebih fleksibel dalam berjalan melewati lubang dan genangan air tersebut. Berbeda dengan yang belum tahu, akan kaget dan tidak siap dengan lubang dan genangan air selama perjalanan. “kalau tau begini, aku tidak akan lewat sini”, “aduh kalau tau becek gini, aku gak akan pakai sandal jepit”, dan keluhan-keluhan lainnya.
Sekarang ini sudah banyak ilmu pranikah bagi pasangan muda sebelum memasuki gerbang pernikahan. Mencari ilmu tentang pernikahan sebelum masuk ke dunia pernikahan sangat penting dalam mempersiapkan diri dalam berbagai macam perubahan setelah pernikahan. Salah satunya dengan memahami makna dari perbedaan dengan pasangan. Jadi, perbedaan jangan dijadikan alasan dalam perpecahan.
Comments
Post a Comment