Assalamualaikum,
Mampu mengASIhi sampai 2 tahun merupakan pencapaian yang luar biasa bagi saya. Proses perjuangan untuk memberikan ASI untuk Nada bukan hal yang mudah bagi saya. Masya Allah Barakallah Tabarakallah semua bisa tercapai, alhamdulillah, tiada daya upaya selain atas kuasa Allah.
Baca juga : Perjuangan ASI untuk Qatrunada
Ketika memutuskan mengASIhi saya pun harus siap ketika menyapih nantinya. Semenjak jadi ibu saya dituntut banyak belajar dan berkembang, salah satunya menemukan metode menyapih dengan cinta (weaning with love). Ibu-ibu dahulu biasanya menyapih dengan olesan-olesan pahit, atau kebohongan. Banyak sekali sekitar saya yang menyarankan menggunakan berbagai macam olesan, ketika saya menyampaikan teknik yang akan saya gunakan, responnya rata-rata meragukan metode ini, katanya akan sulit dilakukan, pasti akan memakan waktu lama prosesnya, dll. Namun saya yakin bahwa metode ini yang terbaik untuk menyapih Nada.
Btw, sebelum cerita pengalaman proses menyapih dengan cinta yang saya lakukan, untuk memperjelas tentang metode WWL dan apa saja yang harus dipersiapkan ketika memilih menyapih dengan metode ini. Silahkan baca dulu tulisan saya berikut :
Persiapan Menyapih
Awal sekali ketika saya mengetahui dan memilih akan menggunakan metode weaning with love ini yang pertama dilakukan adalah baca, cari tahu. Jadi dulu saya sempat merasakan problematika ASI dan memutuskan membeli buku Catatan Cinta Pejuang ASI, untuk menguatkan perjuangan ASI saya saat itu. Karena dengan membaca pengalaman dan perjuangan ibu lainnya saya merasa tidak sendiri dan kembali semangat berjuang. Nah ternyata di buku tersebut juga terdapat pembahasan sedikit tentang weaning with love. Disitulah saya pertama kali mengenal metode WWL dan langsung jatuh hati. Saya yakin dan optimis akan bisa menyapih dengan metode WWL.
Langsung mengkomunikasikan kepada suami mengenai metode menyapih dengan cinta dan saya meminta ridho juga kerjasama suami untuk bisa menyapih dengan metode WWL ini. Alhamdulillah suami sangat mendukung, walau ada saat dia melemah kepercayaannya pada metode ini. Saat suami share dengan teman-temannya yang sama-sama memiliki anak yang baru selesai disapih. Mereka rata-rata meragukan dengan berkata pasti akan sulit dan lama prosesnya. Saya kembali kuatkan dengan berkata :
“Setiap anak berbeda, setiap pengambilan keputusan orang tua juga berbeda. Insya Allah, ibu yakin ibu bisa, Nada juga bisa. Kita harus yakin bahwa kita bisa, ibu butuh support ayah”. Suami kembali tersenyum dan sungguh sangat support dalam mendukung proses menyapih ini.
Sounding mulai saya berikan pada Qatrunada sejak ia berusia 12 bulan. Saya berikan afirmasi positif juga ketika dia di posisi nyaman, saya mengambil momen ketika sedang menyusui dan ia setengah tertidur. Saya katakan :
“Nada kalau sudah 2 tahun nanti Nada tidak nenen lagi ya, sekarang Nada sudah 1 tahun berarti 1 tahun lagi ya”.
Saya yakin sekecil apapun anak, ia memiliki kemampuan mengerti karena pengulangan kalimat yang terus diucapkan. Selain itu, otak anak berkembang pesat, daya tanggapnya sedang cepat menyerap apapun yang orang dewasa berikan.
Ketika sedang bermain, saya juga komunikasikan pada Nada :
“Nada sekarang sudah 1 tahun, alhamdulillah.. nanti ketika sudah 2 tahun tidak nenen lagi ya, Nada sudah bisa makan dan minum yang banyak”. Tidak hanya saya, ayahnya pun ikut andil dalam sounding dan komunikasi pada Nada ini. Semakin mendekati bulan disapih, semakin rutin saya sounding dan komunikasikan pada Nada.
Ketika Nada berusia 22 bulan, saya sudah mulai mengurangi frekuensi menyusui dengan do not offer, do not refuse, tidak menawarkan dan tidak menolak jika ia meminta. Bulan-bulan sebelumnya saya masih suka menawarkan ketika Nada cegukan atau rewel. Karena senjata ampuh banget ketika anak rewel, disusui langsung tenang, nyaman. Kini saya tak lagi menawarkan, dan ketika ia meminta saya coba mengalihkan ke hal lain. Misalnya saya menawarkan minum air putih, atau makanan padanya. Jika tidak mau, saya coba ajak bermain atau baca buku. Biasanya lumayan teralihkan beberapa jam sebelum ia kembali ingat nenen, hehe. Namun ketika sudah dialihkan Nada tetap bersikukuh ingin nenen, saya tidak akan menolak.
Ketika usia 23 bulan Nada sakit batuk pilek dan sempat juga panas efek imunisasi. Saya hentikan dulu proses mengurangi frekuensi menyusuinya. Saya kembali menyusui sesuai keinginan Nada, karena ia sedang sakit, ia butuh ASI dan proses menyusuinya. Namun saya tak lepas sounding, saya berkata :
“Nada sekarang sedang sakit ya, tidak apa-apa Nada nenen yang banyak supaya cepat sehat. Nada masih boleh nenen sebelum 2 tahun ya, setelah 2 tahun sudah tidak nenen lagi ya”. Semakin mendekati 24 bulan, semakin sering saya sounding pada Nada.
“Nada sebentar lagi 2 tahun, 1 bulan lagi, 2 tahun tidak nenen lagi ya. Kalau lapar, makan. Kalau haus, minum, bobonya diusap-usap”.
“Nada 1 minggu lagi 2 tahun loh, Nada semakin besar ya. Kalau sudah 2 tahun tidak nenen ya, kan Nada sudah besar, nenen hanya untuk dede bayi yang belum 2 tahun”.
Alhamdulillah, Qatrunada 2 Tahun!
Alhamdulillah, kami ucapkan selamat pada Nada sudah berusia 2 tahun sekarang, sudah semakin besar, semakin shalehah, aamiin. Diiringi doa ayah dan ibu, kita bertiga berpelukan dan mendoakan Nada. Mencium dan memeluk Nada pada hari itu. Tidak ada kue, tidak ada tiup lilin atau perayaan apapun. Kami hanya bersyukur sudah Allah beri kesempatan untuk bersama-sama terus sampai saat ini ❤. Proses menyapih dengan cinta ini dimulai. Setelah doa bersama, kami sampaikan bahwa Nada sudah 2 tahun itu artinya Nada sudah tidak nenen lagi,. Kalau Nada lapar, makan. Kalau haus, minum, tidurnya diusap-usap sama ibu dan ayah ya.
Detail proses hari per harinya saya share di IG story @Hikmah_nisa sampai 6 hari berturut-turut. Di save di highlight jadi bisa di baca-baca bagi yang membutuhkan.
Alhamdulillah proses nya lancar, tidak ada hambatan yang berarti. Tidak ada tantrum, tidak ada kata “mau nenen” lagi sejak usia pas 2 tahun itu. Alhamdulillah, tiada daya upaya kecuali atas kuasa Allah
Tips untuk Membantu Proses Menyapih dengan Cinta
- ❤ Puasa TV dan Gawai
Jadi saya dan suami sepakat untuk puasa TV dan Gawai, merupakan salah satu resolusi 2019 keluarga kami, hehe. Selain itu, proses menyapih dengan cinta yang saya lakukan juga semakin terbantu. Nada jadi full bergerak, jadi kegiatan Nada, makan, ngemil, main, terus seperti itu. Sehingga ia lebih cepat dan lebih nyenyak tidurnya. Saya jadi full menemani Nada, saya pun menghindari pegang hp di depannya, saya ikut bermain, makan, ngemil dll. bersamanya. Fokus dan perhatian saya full pada Nada. Saya ingin membuktikan bahwa dengan Nada tidak nenen itu sama sekali tidak mengurangi rasa sayang dan cinta saya padanya. Sehingga ia merasakan perhatian dan kasih sayang saya lebih dari biasanya.
- ❤ Menghindari Pemberian yang Akan Berpeluang Menimbulkan Kebiasaan dan Ketergantungan
Saya menghindari pemberian empeng dan dot, karena akan berpeluang untuk menyapih dua kali. Dalam artian, suatu saat ia harus lepas juga dengan hal tersebut. Walau tidak semua anak menjadi ketergantungan empeng dan dot, namun hal tersebut sangat berpeluang menimbulkan ketergantungan. Sehingga saya memilih untuk tidak memulai. Saya memberi tambahan susu pada Nada, medianya melalui gelas, biasanya pakai sedotan namun tak jarang diminum langsung/
- ❤ Selalu Libatkan ALLAH
Selalu melibatkan Allah dalam perjuangan menyapih kami, ketika Nada gelisah mau tidur karena biasanya pengantar tidurnya ya nenen. Saya selalu ajak ia berdoa pada Allah, beri kemudahan kelancaran. Setelahnya baca surat-surat pendek dan shalawat, sebagai pengantar tidur. Alhamdulillah selalu Allah mudahkan.
- ❤ Sedia Camilan
Semenjak tidak nenen, Nada jadi banyak makan dan minum. Salah satunya juga mungkin karena puasa tv dan gawai itu. Setelah lelah bermain, bergerak, berkeringat. Datanglah haus dan lapar, sehingga saya selalu sedia lebih banyak makanan dari biasanya. Saya tidak mempersiapkan lebih banyak mainan sih, yang ada di rumah saja, untuk anak seusia Nada semua bisa dijadikan mainan, ya kan. Hehe
Comments
Post a Comment