Assalamualaikum,
Beberapa minggu lalu aku sudah mulai jengah dengan media sosial, niat sudah mulai menyimpang, hati sudah mulai keruh. Ah.. waktunya istirahat dari media sosial. Sayangnya, itu tidak dilakukan dengan total. Rasanya berat sekali meng-uninstal instagram, facebook dan lain-lainnya Ya Allah.
Aku selalu berdoa semoga Allah bantu jauhkan dari penyakit hati, bantu aku kembali luruskan niat dalam berkarya. Akhirnya doaku terjawab dengan rusaknya handphone. Tiba-tiba mati tidak bisa nyala, jelas aku kelimpungan. Seharian mencoba membujuk rayu handphone agar nyala lagi ternyata gagal. Besoknya kirim ke service dekat rumah dan katanya harus menginap 1 hari. Okay!
Ketergantungan Handphone Secara Tidak Sadar
3 hari benar-benar tanpa handphone, wow rekor sekali memang. Tidak bisa mengirim kabar kesiapapun termasuk ke suami. Sampai aku merasa cemas berlebih takut ada apa-apa dirumag dan aku gak bisa ngabarin suami. Takut inilah, itulah hanya karena gak megang handphone, padahal it's fine. Aku punya tetangga pada baik-baik, aku ditemenin Nada dirumah dan aku punya Allah Yang Maha Pelindung. Terus kenapa mesti khawatir berlebihan sampai gak tenang dan gelisah?
Dari situ aku menyadari sesuatu bahwa aku mungkin termasuk salah satu orang yang sudah 'ketergantungan' dangan handphone tanpa menyadarinya. Padahal hari-hariku baik lho selama gak pegang hp. Aman.. malah lama kelamaan jadi tentram dan damai.
Jadi ketika aku akan mengambil handphone esok harinya di jasa service. Eh ternyata.. hp tambah parah karena jatuh sama bapak service nya pas proses membenarkan dan LCD nya kena. Eemm.. saat itu yang dirasa apa? Tambah galau, sedih, sampai nangis-nangis. "Ya Allah.. kenapa memberi ujian ini pada hamba?". Kalau inget sekarang, malu rasanya sama Allah.
Merasa Lebih Banyak Waktu Luang
Alhasil gak megang handpone selama 1minggu dong. Ini nih yang lama-lama jadi tenang dan lebih nyaman hari-hari tanpa hp. Jadi ngapain aja selama itu? Well, aku mengerjakan semua hal yang dulu (pas masih ada hp) dianggap gak penting (lebih penting hp mikirnya).
■ Pasangin kancing yang pada copot dari baju dan jaitin celana yang pada bolong.
■ Tamatin buku yang sudah lama tertunda bacanya, dan akhirnya tamat. Alhamdulillah ya..
■ Beberes sampai sela-sela yang dulu tak terjangkau sekarang terjangkau banget.
■ Nemenin Nada main. Nada jadi betah main dirumah, biasanya gak lama minta bukain pintu mau main diluar.
Aku merasa, banyak waktu luang yang bisa aku manfaatkan mengerjakan ini itu, dulu ko rasanya sibuk sekali ya, gak punya waktu buat sekedar pasang kancing yang lepas. Ya.. ya.. gak punta waktu karena kebablasan scroliing IG, wkwk.
Karena tidak tau sampai kapan hpku benar kembali, katanya LCD nya susah dicari. Jadi bapak yang service pinjemin hp sementara. Tapi ya aku gak nyaman pakai hp punya orang, lha kalau rusak lagi sama aku gimana? Tambah pusing. Wkwk
Diganti dengan yang Jauh Lebih Baik
Bilal (suamiku) merasa kasian dan khawatir juga tidak bisa menghubungi, ditambah akhir-akhir ini ia sering pulang tengah malam karena sedang banyak kerjaan. Mau tak mau kita harus merogoh kocek dalan tabungan. Awalnya aku ragu karena sayang aja gitu, berharap hp itu benar kembali dsn berfungsi dengan baik. Namun nyaratanya hampir 2 minggu belum juga ada kabar dari bapak yang service.
Ketika posisi kecewa dan sedih atau down, aku selalu ingat pesan ust. Hanan, Berdoalah... "Ya Allah... ganti kekecewaain ini dengan sesuatu yang jauh lebih baik". Sejak tau tips itu aku selalu mempraktekannya termasuk disaat ini. Dibarengi dengan keyakinan bahwa Allah pasti menggantinya.
Dan alhamdulillah kini aku sudah pengang handphone baru. Allah langsung ganti dengan yang jauh lebih baik, itu nyata.
Hikmah dari Kejadian Ini
Benar jaman ini kita memang membutuhkan hp. Selain sebagai alat komunikasi, hiburan, hp juga sebagai alat yang menghasilkan cuan. Aku termasuk salah satu orang yang menghasilkan cuan dari hp. Berniaga online dan menjadi freelance blogger, ya tentu butuh alat ini.
Namun memang, kontrol diri terhadap penggunaan hp dan media sosial ini yang perlu evaluasi berkala.Bukan handphone nya yang salah tapi diri kitanya, bukan media sosialnya yang salah tapi hati kitanya.
Banyak sekali sih hikmah dari kejadian ini, beberapa hal yang sudah aku ceritakan di atas. Ada lagi seperti :
● Aku benar-benar istirahat dari media sosial dan sekarang jauh jauh jauh lebih tenang.
● Aku belajar membuat plan dan target dalam bermedia sosial dan penggunaan handpone.
● Aku belajar manajemen waktu
● Aku belajar bahwan nyatanya Allah memang benar, memberikan apa yang kita butuhkan. Allah benar-benar merencanakannya dengan lebih indah, jauh lebih indah dari rencana kita.
Kini aku dapat double kebahagiaan. Kebahagiaan karena sudah kembali menjernihkan hati dan pikiran, juga kebahagiaan mendapatkan hp baru. Hehe
Alhamdulillah.. wa syukurillah...
Ketergantungan hp, bisa dibilang akupun jg gitu mba. Tapi LBH Krn tuntutan kerjaan sih. Secara sebagai trader saham, mau ga mau aku hrs pantengin hp trus menerus saat jam buka bursa :D. Kec di saat itu aku sdg ga pengen trading. Baru deh hp bisa lepas :p
ReplyDeleteEh tapi aku pernah ngalamin 5 hari full ga bisa akses apapun. Saat sdg di Korut :D. Tau sendiri yaaaa di negara tertutup itu jaringan apapun mati. Semua sinyal ga akan bisa hidup di Korea Utara. Tp anehnya aku dan temen2 ga stress, malah seneng. Ga pusing, ga usah mantau kerjaan. Bisa totally rileks bangettttt.yg terpenting aku dan temen2 yg kesana jd bisa bonding bener2, ga kedistract Ama hp :p
Kalo ditanya aku mau lagi kesana dan terputus komunikasi samasekali, aku bakal bilang mau sih. Apalagi kalo beneran mau nenangin pikiran :p. Pas balik ke JKT, transit di China, baru lah itu hp teng tong teng tong buanyaaak bgt kirim pesan ahhahaahhahaa.
Gak ada sinyal malah bikin bahagia ya mbak, berarti mbak gak termasuk kecanduan hp lho kalau gitu. kalau yang dirasakan cemas dan takut berlebihan baru deh yang disebut kecanduan atau ketergantungan. kalau mba Fanny lebih ke tuntutan kerjaan aja yaa..
Delete