Assalamualaikum,
Dulu waktu kamu kecil ada momen mengaji sore gak?. Ini merupakan salah satu momen yang gak pernah mau aku lewatkan, karena seru aja ketemu teman, ngobrol, main, dulu sih pikirannya main ya, namanya juga anak-anak 🤭.
Dulu mengaji sore pulang dan pergi ditemani bibi karena bibi salah satu pengajar juga disana, di mesjid Al-Hikmah. Momen dimana asiknya belajar agama, bernyanyi, hafalan, iqro, al-quran, sampai lomba-lomba dsb. Gak bisa ikut lomba hafalan dan tilawah ya seengaknya aku pernah ikut lomba busana muslim, walau gak menang juga sih 🤪. Momen ini selalu aku ingat, baju muslim yang dibuatkan oleh bibi, pake lipstik jangan lupa 💋 lalu jalan di red karpet sambil difoto-foto oleh panitia dan keluarga, wkwk. Pernah juga tampil sebagai pembaca doa dan surat pendek di acara besar seperti maulid Nabi, dsb.
Bukan Masalah Keikhlasan
Ah rasanya seru sekali mengenang masa-masa kecil di TPA dulu. Sayangnya sekarang sudah jarang sekali masjid yang aktif mengajar anak-anak mengaji sore. Bahkan di masjid tempat tinggal orang tuaku sudah tidak ada lagi jadwal mengaji sore untuk anak-anak, katanya tidak ada yang mengajar lagi.
Berbicara tentang guru yang mengajar mengaji, dimana-mana baik di kota maupun di desa, rasa-rasanya benar-benar perlu keikhlasan lahir dan batin.
Dibayar kecil alhamdulillah tidak dibayarpun tidak masalah.
Sampai sempat dengar di berita, guru ngaji di sebuah desa memasang bayaran perbulan 5,000 rupiah per-anak yang asalnya gratis. Lalu orang tua banyak yang protes hingga beritanya viral.
Bibi sampai saat ini masih mengajar TPA walau berbeda tempat. Sempat mengobrol denganku bahwa bayaran anak-anak TPA selama sebulan adalah 25,000 rupiah sudah termasuk infak dan buku. Masya Allah ya.. dan entah guru mengajinya dapat berapa. Yang jelas mereka dapat keberkahan dunia akhirat.
Padahal jika dipikir pakai logika, guru ngaji tetaplah manusia yang punya keperluan sandang pangan papan, tidak usah tanya tentang keikhlasan, tapi tanyakan diri kita tentang penghargaan, cara menghargai ilmu, cara menghargai guru, cara menghargai waktu. Dan gak main-main sih yang guru mengaji ajarkan adalah ilmu yang akan mengalir sampai akhirat dan menjadi cahaya di alam kubur kelak, yang akan menjadi teman ketika semua tidak mampu menemaninya lagi.
Ya ini tentang bagaimana kita mampu menghargai orang lain, mampu menghormati jasa dan usahanya. Kesiapapun termasuk ke orang-orang terdekat kita sendiri.
Momen Mengantar Anak Mengaji
Well, tidak terasa sekarang aku yang mengantar anakku, Nada untuk mengaji sore. Alhamdulillah di lingkungan tempat tinggal ku di Jakarta masih ada lho aktivitas ngaji sore. Itupun aku tau dari tetangga yang setiap sore aku lihat sering pergi membawa anaknya rapi dengan memakai baju muslim. Akhirnya Nada ikut deh ngaji disana. Guru ngajinya ada satu orang dengan murid sekitar 30 orang lebih, Masya Allah Tabarakallah.
Manfaat Lain dari Anak Mengaji Sore
Momen mengaji sore buatku bukan hanya untuk belajar mengaji. Belajar iqro bisa saja dirumah bersama ibu, tapi aku memilih mengikutsertakan Nada di ngaji sore karena :
1. Belajar Sosialisasi
Disana banyak teman, Nada belajar bersosialisasi dengan teman-temannya. Melihat mereka belajar, mereka menulis itu akan menjadi motivasi eksternal tersendiri untuk anak.
2. Menjaga Semangat Mengaji
Kalau dirumah terkadang anak bosan sehingga tidak mood mengaji, sulit diajak kerjasama bahkan menolak enggan untuk membaca satu huruf saja. Terlebih diajarkan oleh ibunya, berbeda ketika diajarkan oleh ibu guru (orang lain), dia lebih sungkan, lebih hati-hati. Selain itu melihat teman-teman yang lain tentu semangat mengaji lebih terisi daya-nya.
3. Meneruskan Tradisi Baik
Buatku mengaji sore ini merupakan tradisi dari kita yang harus terus dipertahankan. Mengaji sore adalah tradisi baik untuk anak-anak mengenal dan belajar agama sedari dini.
4. Menjalin Silaturahmi
Momen mengantar anak mengaji selain bermanfaat untuk anak, untuk orangtua yang mengantar bisa bertemu dengan lingkungan sekitar bersalam dan bersapa atau hanya sebatas menebar senyum itu sudah termasuk menjalin silaturahmi bukan?
5. Sarana Memakmurkan Masjid
Mengaji sore rata-rata di masjid sekitar lingkungan tersebut. Tentu ini menjadi sarana kita dalam melakukan masjid. Membuat masjid aktif dengan berbagai kegiatan keagamaan juga penanaman cinta masjid pada anak-anak kita.
Anak Bisa Mengaji Bukan Tanggungjawab Guru Ngaji
Anak ikut mengaji di lingkungan sekitar bukan berarti orangtua tampang kaki merasa sudah lepas tanggungjawab. Tetaplah sebagai madrasah pertama dan utama bagi anak-anak orangtua tetap harus mendampingi, membimbing anak-anak apalagi soal mengaji dan ilmu agama.
Apalagi jika ikut mengajinya banyak absen wkwk. Seperti Nada pulang sekolah terkadang telalu lelah sehingga tidur siangnya kesorean dan bablas deh telat ngajinya. Tapi tetap pastikan ngaji setiap hari dirumah ya!
Comments
Post a Comment