Assalamualaikum,
Ayah/ibu pernahkah hilang kesabaran ketika anak dianggap 'bertingkah'? seperti, tidak mau menuruti saran atau nasihat orang tua, semakin dilarang semakin dilakukan olehnya.
Dasarnya keingintahuan anak sangat besar namun belum mampu membedakan baik/buruk untuknya, ditambah lagi anak balita belum optimal dalam bahasa/komunikasi, sehingga ia belum mampu mengungkapkan perasaan yang dirasakan, belum mampu mengungkapkan keinginannya dengan lancar dan mudah kepada orang tua. Begitupun ketika ia merasa kurang sehat, kelelahan, mengantuk, lapar namun enggan istirahat, enggan makan, masih ingin bermain dan bermain terus.
Perasaan jengkel, kesal, tidak suka, tidak mau, bukan begitu, dsb. Yang dirasakan oleh anak muncul dengan tangisan, jeritan, bahkan perilaku melempar, memukul, dsb. Tanda bahwa ia belum mampu mengontrol emosi dalam dirinya, belum mampu mengenal emosi dan mengungkapkannya seperti ; saya kecewa, saya marah, saya kesal, saya sedih, dsb. Secara umum perilaku anak dengan ledakan emosi ini disebut Tantrum.
Apa Itu Tantrum?
Tantrum adalah ledakan emosi, biasanya dikaitkan dengan anak-anak atau orang-orang dalam kesulitan emosional, yang biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, menjerit-jerit, pembangkangan, mengomel marah, dan sulit untuk menenangkan diri. Bahkan tak sedikit juga yang menyakiti diri sendiri seperti membentur-benturkan kepala, menangis sampai menjatuh-jatuhkan diri di lantai.
Tantrum pada anak merupakan hal yang umum terjadi. Hal ini bisa dijadikan sebagai pengukur dari kekuatan pengembangan karakter pada anak. Namun ayah/itu tetap harus waspada untuk menjaga anak ketika tantrum terjadi, jangan sampai anak menyakiti dirinya sendiri.
Seperti yang dijelaskan diatas bahwa tantrum terjadi karena ketidakmampuan anak dalam mengungkapkan perasaannya atau keinginannya. Dan lagi masa egosentris sedang berkembang pada anak, sehingga pada umumnya anak enggan dilarang atau diberi nasihat, semakin dilarang semakin ingin dilakukannya.
Jenis Tantrum pada Anak
Ada dua jenis tantrum pada anak, dengan mengetahui jenis tantrum, ayah/ibu dapat memberikan respon sesuai dengan tantrum pada anak dan dapat menangani tantrum dengan lebih baik.
Tantrum Frustasi
Anak mengalami tantrum frustasi biasanya karena kelelahan, merasa tidak enak badan/kurang sehat, dan gagal melakukan sesuatu. Penyebab tantrum frustasi ini awalnya akan membuat orang tua kebingungan karena tidak terlihat bentuk atau alasan mengapa anak sampai menjadi tantrum.
Biasanya ditandai dengan serba salahnya anak, rewel dan tidak jelas keinginannya.
Pengalaman Nada ketika tantrum frustasi memang awalnya saya tidak paham mengapa ia mudah menangis dan serba salah. Ternyata Nada kelelahan karena selesai perjalanan jauh, setelah istirahat cukup ia kembali seperti biasa, ceria dan bahagia seperti anak-anak pada umumnya. Pernah juga karena ia belum pup selama 2 hari, mungkin terasa badan dan perut yang tidak nyaman, setelah pup alhamdulillah kembali ceria.
Tantrum Manipulasi
Tantrum manipulatif muncul biasanya ketika keinginan anak tidak dipenuhi atau ia tidak mau (bentuk penolakan). Dikatakan manipulasi karena tantrum ini dibuat-buat oleh anak agar keinginannya dipenuhi dan sebagai bentuk penolakan. Tantrum manipulasi ini mudah terdeteksi oleh orang tua, alasan mengapa anak menjadi tantrum cukup jelas, misalnya ingin mainan, atau ingin es cream, dsb.
Nada jarang sekali mengalami tantrum manipulasi ini, hanya pernah terjadi tantrum karena ia dipaksa berhenti main pasir ketika sudah berbahaya masuk ke mata. Nada menangis kencang dengan jeritan dan teriakan sebagai bentuk penolakannya karena 'dipaksa'.
Cara Mengatasi Tantrum pada Anak
Ketika anak menunjukan ledakan emosinya, banyak dari orang tua terpancing untuk meledakkan juga emosi mereka. Padahal seharusnya orang tua mampu tenang karena tahu bahwa anak sedang belajar mengenali emosinya dan belum mampu mengendalikan emosi. Tugas ayah/ibu lah sebagai orang tua dalam mendampingi dan membimbing anak untuk mampu mengenali dan mengendalikan emosi mereka.
Lalu apa yang harus dilakukan ketika anak tantrum?
Diamkan
Diamkan saja dulu anak meluapkan emosinya, karena ketika orang tua banyak mengalihkan dan akhirnya emosi anak tidak selesai menjadi emosi yang terpendam itu jauh tidak nyaman. Diamkan sampai tangannya mulai mereda.
Awasi
Tak sedikit anak yang hilang kontrol diri ketika tantrum, ada yang mebentur-benturkan kepala, ada juga yang menjatuh-jatuhkan badannya ke lantai. Maka penting orang tua tetap awas dalam menjaga anak ketika tantrum. Tetap diam tak berbicara dan tanpa ekspresi apapun namun pandangan dan badan ayah/ibu harus standby dan bersiap menangkap anak ketika ia menjatuhkan diri atau membenturkan kepala. Tindakan apapun yang menyakiti diri perlu ayah/ibu lindungi.
Peluk
Setelah tangis anak mulai mereda, terlihat mulai lelah dengan tangisannya, saya biasanya berkata ; "Sini ibu peluk", peluk sambil diusap-usap punggungnya. Setelah emosi keluar biasanya anak lelah dan butuh rasa dikasihi disayangi. Dengan memeluk akan membuatnya tenang dan merasa disayangi walaupun misalnya keinginannya tidak dipenuhi.
Tawarkan Minum Air Putih
Sambil memeluk biasanya saya tawarkan minum air putih. Emosi menguras tenaga perlu asupan cairan, akan membantu menenangkan.
Berbicara
Selama dipeluk biasanya lambat laun tangisnya mereda sampai benar-benar mereda baru mulai berbicara tentang hal yang membuat ia tantrum. Berdiskusi sambil memberi pengertian ketika anak sudah mengeluarkan emosi dan merasakan kasih sayang, akan jauh lebih baik. Namun ketika ia kelelahan sampai tertidur dalam pelukan, biarkan tidur dulu ketika bangun baru mulai diajak berbicara.
Ketika Tantrum di Tempat Umum
Ayah/ibu pernah mengalami anak tantrum ketika di tempat umum?. Saya belum pernah mengalami, hanya mengamati beberapa kejadian yang memang terjadi di depan umum. Jika anak tantrum di depan umum memang membuat orang tua bingung bahkan malu ya, berapa pasang mata yang melihat dengan pikiran-pikiran mereka yang menilai dari sudut pandangnya sendiri. Bingung antara khawatir membuat orang lain terganggu namun tetap ingin mendidik anak dengan konsisten. Lalu apa yang harus dilakukan?
Bawa anak ke tempat aman dan sepi terlebih dahulu, bagaimanapun sangat tidak nyaman ya dilihat orang lain dan orang lain pun tidak nyaman bahkan mungkin terganggu dengan hal tersebut. Kita harus saling menghargai kenyamanan masing-masing pengguna tempat umum.
Bawa anak ke dalam mobil atau ke toilet, ke tempat yang sekiranya sepi dan minim mengganggu orang lain. Setelahnya ayah/ibu bisa melanjutkan tahap mengatasi tantrum anak. Sambil mengajarkan anak juga etika/adab di tempat umum.
-----------
Prakteknya memang semudah teorinya, namun ayah/ibu pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak dengan pendidikan dan pengasuhan yang baik juga dari rumah. Anak memang mengajarkan kita untuk terus belajar dan proses menjadi orang tua terbaik untuk anak-anak kita, Insya Allah 😊.
Senang berbagi 💕
Comments
Post a Comment