Assalamualaikum,
Anak sulung yang saat ini berada di kelas 1 memiliki beberapa tantangan disekolahnya ketika awal-awal masuk ke SD. Masalah umum yang mungkin banyak dialami oleh anak lainnya, yaitu adaptasi, sosialisasi juga tentang akademis. Kelas 1 SD sudah mulai diajarkan membaca dan menulis, walau dibeberapa TK memang sudah mulai diajarkan. Nada yang sekarang berumur 7 tahun, awal-awal masuk SD mengalami beberapa konflik dengan temannya, beberapa kali juga menangis disekolah karena konflik tersebut. Dari mulai jatuh, dipukul, terdorong, dll. Ternyata tidak hanya Nada, teman-temannya pun mengalami hal serupa. Belut! begitulah anak-anak ya, ada saja yang menjadi bahan 'berantem' bisa karena berbagai sebab ternyata, salah satunya masalah kematangan.
Hari ini saya mengikuti zoom parenting yang diadakan sekolah sebagai program untuk mengoptimalkan pendidikan dirumah dan disekolah. Tema yang diangkat adalah soal Kematangan, materi ini tentu dibutuhkan untuk mendampingi anak-anak usia dini dan usia awal sekolah.
Ibu Exa selaku psikolog sekolah memberikan pemaparannya kurang lebih 30 menit dalam zoom meeting parenting bersama orang tua wali ini. Berikut resumenya :
Optimalisasi Kematangan Belajar
Kasus 'anak jail' yang menganggu teman-teman atau kenyamanan kelas, pernah dirasakan Nada juga beberapa kali ketika wal masuk sekolah ternyata menjadi gejala umum dari kurangnya kematangan ini. Anak yang cenderung sulit diam, konflik dengan teman, senang permainan yang ekstreem dan sulit membaca/menulis merupakan gejala umum dari permasalahan dasar yaitu sensori.
Beberapa gejala umum dari permasalahan sensori ini, yaitu :
- Hiperaktif dan mudah terdistraksi.
- Masalah perilaku seperti sangat sensitif, self consept yang cenderung negatif, dll.
- Keterlambatan bicara dan bahasa.
- Masalah koordinasai otot dan gerakan.
- Kesulitan belajar di sekolah
Mengapa sensori penting?
- Stimulus dirasakan tubuh
- Semua sense bekerjasama
- Muncul respon adaptif
- Memudahkan proses belajar
1. Taktil (Peraba)
Merupakan sistem sensori paling besar. Ketika tidak berkembang maka sistem syaraf keseluruhan menjadi tidak seimbang. Fungsinya mendeteksi apakah stimulus dari lingkungan berbahaya atau tidak. Lalu bagaimana cara membantu taktil ini berkembang? yaitu dengan cara bermain dengan beragam sensasi sentuhan, tekstur, tekanan, suhu.
2. Vestibular (Keseimbangan)
Mengelola gerak sehari-hari, seperti bertahan untuk duduk diam, mengarahkan tubuh selama bermain. Membantu menjaga postur, keseimbangan dan gerak tubuh. Termasuk pada persepsi ruang, posisi dan orientasi gerak kita dalam ruang. Bisa bantu mengoptimalkan vestibular ini dengan permainan keseimbangan, seperti ; ayunan, jungkat-jungkit, main sepedah, sepatu roda, berjalan di jalan setapak, dll.
3. Proprioseptif (Kontraksi)
Peregangan otot. Informasi yang berasal dari kontraksi dan peregangan otot serta sendi. Memberikan informasi mengenai posisi dan membantu untuk bergerak. Less proprioseptif akan memunculkan clumsy, lambat, kesulitan bergerak saat tidak bisa melihat dengan mata. Seperti ketika mati lampu, anak kesulitan mencari solusi misal mencari tempat yang lebih terang.
4. Pengecap
Lidah memberikan informasi mengenai rasa yang masuk ke dalam mulut. Fungsinya untuk merasakan kenikmatan makanan dan mencegah hal-hal yang membahayakan tubuh. Contohnya, anak tahu mana makanan basi, yang baunya tidak sedap, yang rasanya juga aneh. Stimulasinya bisa ajak anak mencoba berbagai jenis rasa masakan. Rasa manis, asin, asam, pahit, hambar, kecut, dll. Bantu juga anak mencoba berbagai macam jenis tekstur makanan yang lembut, keras, lunak, dsb.
5. Penglihatan
Sadar dan mengenali situasi dan lokasi hal tertentu di lapangan. Misalnya, ketika disekolah, guru meminta melihat buku halaman sekian, anak diharapkan bisa mengenali situasi kalau dia harus membuka dan melihat buku di halaman yang diperintahkan ibu guru di sekolah. Stimulasi yang bisa orangtua lakukan yaitu mengamati lingkungan sekitar. Situasi apa yang anak lihat dan minta sudut pandang dia atas situasi atau lokasi tersebut. Misalnya, situasi di pasar dan supermarket, bisa ajak anak ke lokasi tersebut dan meminta anak mencoba mengamati, bagaimana sudut pandang dia.
6. Pendengaran
Informasi yang didengar lebih jelas dan detail. Anak dapat mengenali suara di lingkungan sekitar. Misalnya ketika di sekolah, banyak suara namun anak tau mana suara Ibu Guru yang harus dia dengar secara detail dan jelas. Stimulasinya, orangtua bisa mengajak anak mengamati suara di lingkungan sekitar. Misalnya, bagaimana suara ketika bermain di alam bebas, apa saja yang didengar. Bagaimana suara ketika bermain di mall, apa saja yang didengar, dsb.
7. Penciuman
Bau dapat mengaktifkan emosi dan mempengaruhi suka atau tidaknya kita terhadap suatu hal. Penciuman juga membentuk memori untuk menentukan prefensi pilihan kita. Contohnya, anak mampu membedakan bau makanan sehat dan tidak. Stimulasinya, orangtua dapat mengenalkan beberapa jenis bau. Misalnya bau makanan, bau alam, bau benda, dsb.
Jadwal Kegiatan Stimulasi
Stimulasi terjadwal akan sangat membantu anak-anak dalam mengoptimalkan tumbuh kembang dasar sensori. Bisa dibuat jadwal perhari, perminggu ataupun perbulan, senyamannya orangtua dirumah. Tidak perlu lama, cukup 15-30 menit dalam sehari untuk stimulasi sensorinya. Ibu Exa psikolog sekolah, memberikan contoh jadwal kegiatan untuk stimulasi sensori seperti ini :
Bagaimana teman-teman, sudah mulai tercerahkan dalam mengoptimalkan akademis buah hati? Stimulasi sensori ini paling dasar sehingga bisa dilakukan sedari dini, usia bayi/balita. Selamat bermain dengan anak-anak tercinta ya parent!
Dasar nya dulu, baru level selanjutnya supaya pembelajaran mereka bisa maksimal ya mba 👍. Walopun skr anak2ku udah gedean, tapi aku berterimakasih ke babysitter yg dulu mengasuh mereka selama aku kerja. Anak2 juga dilatih sensori saat kecil, demi bisa mengenali dan belajar untuk melatih indera nya juga. Alhamdulillah disaat PAUD, mereka bisa terbiasa berteman dan belajar juga main dengan guru dan teman2nya.
ReplyDelete