Berdamai Dengan Dunia yang Banyak Bikin Kecewa

Assalamualaikum,

Rutinitas kadang membuat lupa akan kebutuhan diri sendiri, ditambah kenyataan yang tidak sesuai harapan terjadi berulang kali, terkadang lelah dengan apa yang terjadi dalam hidup ini. Pertanyaan yang selalu muncul "kenapa?, kenapa begini? kenapa aku? kenapa?". Ternyata lelah juga terus-terusan memikirkan hal yang memang nyatanya bukan yang kita jalani saat ini.

Perasaan tidak berharga muncul jika mempertanyakan kenyataan yang tidak sesuai apa yang sudah direncanakan, diupayakan. Sempat berpikir "ya udah gak usah lakukin apa-apa" toh semua tidak sesuai dengan apa yang diharapkan lagi dan lagi, ah sungguh lelah dengan harapan sendiri. Sepertinya aku harus rehat, sejenak.


Kemarin mulai cari-cari hal untuk jadi pengingat diri akan dunia yang ternyata banyak dibuat kecewa akhir-akhir ini. Lalu, ketemu kajian Percikan Iman yang judulnya "Berdamai dengan Dunia". Ah, sepertinya cocok dengan kondisiku saat ini, disela anak-anak tidur siang aku coba menyimak sambil membereskan beberapa setrikaan baju yang sudah menumpuk.

Ustad Aam Amiruddin yang menjelaskan dengan sesekali candaan membuat materi yang didengarkan ini terasa ringan. Setelah selesai menyimak, alhamdulillah setrikaan yang menggunung pun selesai, ah seperti satu dua pulau terlampaui. Setelah selesai, aku langsung membuat resume dalam buku catatan, dan beberapa hal penting memang aku sudah catat sambil mendengarkan sebelumnya.

Satu hal yang pertama kali aku catat adalah :
Kesenangan Dunia itu Tipuan dan Sementara

Kalau belum dalam genggaman terasa sangat indah namun jika sudah dalam genggaman menjadi biasa saja. Contoh sangat sederhana adalah ketika kita ingin memiliki hal yang kita belum punya, baju atau sepatu atau apapun itu. Ketika belum memiliki rasanya indah sekali itu barang, jika kita memilikinya akan bahagia sekali sepertinya. Ketika kita sudah mampu dan memiliki barang tersebut, mungkin beberapa jam atau beberapa hari masih bahagia, sisanya? akan biasa aja, bahkan lupa.

Sesederhana anak-anak membeli mainan, excited sekali ingin dibelikan mainan ini dan itu, begitu sudah beli, main sebentar setelahnya didiamkan, hilang bahkan rusak. Ya! semenipu itu kesenangan dunia dan sangat sebentar sekali.

Ini sangat relevan dengan pemilihan gaya hidup beberapa tahun ini yaitu hidup minimalis, saat ini aku sudah tidak tergiur lagi dengan 'membeli barang' jika tidak butuh banget atau urgent. Begitupun yang diterapkan pada anak-anak, jika masih bagus ya gunakan secara maksimal, membeli bukan karena ingin walau ada uangnya, tapi karena kita butuh dan urgent. Alhamdulillah hidup minimalis sangat menentramkan hati terutama terhadap keterikatan terhadap benda/barang. Beberapa hal yang sudah aku bahas tentang minimalis bisa baca disini ya!

Ya! untuk barang aku sudah dapat mengontrol dengan baik namun pada capaian kesuksesan yang seringnya membuat aku merasa tidak berharga, kurang percaya diri dan banyak kecewa dengan keadaan, astagfirullah.

Ustad Aam Amiruddin menjelaskan ada beberapa hal yang dapat kita upayakan agar lebih berdamai dengan keadaan Dunia, diantaranya :

1. Perlu Waspada Pada Dunia

Ya, karena dunia sifatnya menipu sehingga penting diri untuk menjadi lebih waspada terhadap apa-apa yang menjadi hal menarik dalam dunia. Hal ini dijelaskan dalam Quran Surat Al-Hadid ayat 20.

"Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan. (Perumpamaannya adalah) seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, lalu mengering dan kamu lihat menguning, kemudian hancur. Di akhirat ada azab yang keras serta ampunan dari Allah dan keridaan-Nya. Kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yang memperdaya."

2. Perlu Sadar Bahwa Dunia ini Sebentar

Dunia hanya memiliki waktu yang singkat, sebentar sekali. Hal ini seperti mengingatkan kalau "tidak usah sebegitu berharap pada dunia, jalani sewajarnya, sebisanya, seoptimal yang dibisa, karena ini bakal sebentar kok!"

Quran Surat Al-Munafikun ayat 10 ini menggambarkan bahwa ketika waktu kita sudah habis di dunia, meminta waktu sedikit saja untuk beramal itu sudah tidak bisa. Jika waktunya habis, ya sudah.

"Infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antaramu. Dia lalu berkata (sambil menyesal), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)-ku sedikit waktu lagi, aku akan dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang saleh.”

3. Zuhud dan Waro, Sebaik-baik Sikap Terhadap Dunia

Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat demi akhirat. Seperti kita meninggalkan scroll medsos yang sudah berjam-jam dan berpindah untuk mengerjakan hal yang lebih produktif dan bernilai untuk akhirat.

Waro adalah meninggalkan sesuatu yang membawa keburukan untuk akhirat. Seperti ; meninggalkan riya dalam beribadah, seperti update status ketika beribadah dan hal-hal yang akan menghanguskan tabungan pahala kita untuk akhirat.

4. Meninggalkan yang Syubhat

Syubhat adalah sesuatu yang meragukan antara halal dan haram. Meninggalkan sesuatu yang meragukan itu jauh lebih baik dalam dunia yang sebentar dan menipu ini.

5. Hidup Proporsional

Quran Surat Al-Qasas ayat 77 menginatkan kita bahwa harus proporsional dalm menjanai hidup di dunia, karena pada dasarnya kita bukan hanya hidup di dunia saja namun juga akhirat dan yang akan kekal adalah kehidupan akhirat.

"Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Upayakan menjadi kebaikan akhirat terlebih dahulu, karena ketika kita mengejar akhirat maka dunia akan mengikuti.

Satu jam mendengarkan pemaparan dengan contoh yang sederhana cukup membuat aku tersadar bahwa, "gak apa-apa kecewa sama dunia, toh emang dunia tempatnya kecewa kan!" Sekarang ini bagaimana aku memaknai kekecewaan itu, semoga bisa melatih jiwa zuhud dan waro agar apa yang dilakukan juga isinya kebaikan. Ya! mungkin saja aku kurang berusaha, kurang konsisten dan proses pasti tidak akan mengkhianati hasil bukan?

Jadi mari optimis untuk terus berproses lebih baik, kadang kala kita memang banyak menuntut hasil yang baik tanpa menikmati prosesnya, hmm.. perlu diubah!

Comments

  1. Coba yaaa seandainya para pemimpin yg korup itu membaca ini, apa ga tergerak hatinya utk stop korupsi. Semakin kita pikir kalo dunia ini hanya sementara, saat mati semua harta saja ga bisa kita bawa, semakin kita seharusnya takut utk melakukan hal2 terlarang. Tapi kebanyakan orang memang ga takut. Malah2 berlomba2 menguasai sesuatu demi bisa memperoleh semakin banyak kekuasaan atau harta 😣

    ReplyDelete
    Replies
    1. yaahh begitulah dunai ya mba banyak sekali yang tertipu padahal ya cuma sementara. Semoga para koruptor segara mendapatkan hidayah dan bertaubat

      Delete

Post a Comment