Anak Butuh yang Konkret: Mengapa Pembelajaran Harus Dimulai dari Hal yang Nyata

Assalamualaikum, 

Kadangkala bahkan sering kali kita sebagai orang tua dan orang dewasa memberikan sesuatu pada anak yang nyatanya anak tidak membutuhkan itu atau anak belum siap untuk mendapatkan itu. Contoh simple sana ketika orang tua memberi anak-anak usia 0-6 tahun tontonan animasi abstrak yang tidak ada di dunia nyata seperti karakter-karakter superhero, kartun mobil yang bisa bicara, dll. Karena nyatanya hal tersebut tidak ada di dunia nyata. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan kognitif nya, karena ternyata anak usia 0-6 tahun belum memahami konsep abstrak.

Anak-anak belajar melalui pengalaman langsung, bukan sekadar teori atau konsep abstrak. Dalam tahap perkembangan awal, mereka membutuhkan sesuatu yang nyata dan dapat disentuh, dirasakan, serta diamati secara langsung untuk memahami dunia di sekitar mereka. Hal ini penting karena ternyata pada usia awal-awal anak indera nya yang sangat aktif menyerap informasi yang hadir di lingkungan. Anak belajar melalui inderanya sehingga sangat penting mengenalkan sesuatu yang nyata dan alami pada anak di usia ini.

Ketika Anak dikenalkan Sesuatu yang Tidak Nyata

Memperkenalkan konsep abstrak dan tidak alami, seperti karakter superhero, kepada anak terlalu dini dapat menyebabkan beberapa dampak negatif pada perkembangan mereka. Salah satunya adalah kesulitan dalam membedakan antara fantasi dan realitas. Anak usia dini masih dalam tahap perkembangan kognitif di mana mereka cenderung menganggap semua yang mereka lihat dan dengar sebagai sesuatu yang nyata. Jika mereka terlalu sering terpapar dengan karakter fiksi yang memiliki kekuatan super, seperti bisa terbang atau menghilang, mereka bisa mengalami kebingungan dalam memahami batasan dunia nyata. Hal ini dapat mempengaruhi cara mereka menyelesaikan masalah atau bereaksi terhadap situasi tertentu, karena mereka mungkin mengembangkan harapan yang tidak realistis terhadap dunia di sekitar mereka.

Selain itu, paparan yang berlebihan terhadap karakter superhero juga dapat membentuk pola pikir yang kurang realistis dalam menyikapi tantangan hidup. Banyak superhero digambarkan menyelesaikan masalah dengan cara instan, seperti menggunakan kekuatan luar biasa atau alat canggih tanpa perlu melalui proses belajar atau usaha yang panjang. Hal ini bisa membuat anak kurang menghargai proses dan lebih mengandalkan harapan akan solusi cepat, yang bertentangan dengan prinsip pembelajaran berbasis pengalaman nyata. Jika anak terbiasa dengan konsep seperti ini, mereka bisa menjadi kurang sabar dalam menghadapi tantangan di dunia nyata, karena mengira semua masalah memiliki solusi yang instan dan spektakuler seperti di film atau komik.

Dampak lainnya adalah potensi pengaruh terhadap perkembangan sosial dan emosional anak. Karakter superhero sering kali digambarkan sebagai sosok yang kuat, tidak terkalahkan, dan sering berhadapan dengan musuh dalam konflik yang penuh aksi. Jika anak terlalu terobsesi dengan peran ini, mereka bisa mengembangkan perilaku yang lebih agresif, kurang empati, atau bahkan frustrasi ketika menyadari bahwa mereka tidak bisa meniru apa yang dilakukan oleh karakter favorit mereka. Berbeda dengan pengalaman nyata yang mengajarkan kerja sama, penyelesaian masalah secara logis, dan pemahaman terhadap emosi, karakter superhero sering kali mengedepankan konsep pertarungan dan kemenangan sebagai solusi utama. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menyeimbangkan paparan terhadap karakter fiksi dengan pengalaman nyata yang lebih membangun pemahaman konkret tentang dunia.

Hal Nyata Membantu Anak Belajar tentang Dunia

Konsep-konsep seperti angka, warna, bentuk, dan bahkan emosi lebih mudah dipahami jika diperkenalkan melalui benda konkret, aktivitas nyata, atau interaksi langsung. Inilah alasan mengapa metode Montessori, yang menekankan pada penggunaan material konkret dalam pembelajaran, sangat efektif dalam membantu anak menyerap informasi dengan lebih baik. Dalam Montessori anak-anak dibantu dengan sesuatu yang nyata, bahkan mengenalkan hewan dalam mentuk miniatur harus dengan 3D yang dapat disentuh dan bentuknya reel dengan yang nyata. Bahkan montessori banyak menekankan bahwa anak usia dini perlu diajak jalan ke tempat yang memang konkrit seperti melihat binatang ya langsung ke kebun binatang, bukan melalui video atau gambar saja. 

Selain itu, pengalaman konkret juga membantu anak mengembangkan keterampilan motorik, kognitif, dan sosial secara lebih alami. Misalnya, saat belajar berhitung, anak lebih mudah memahami konsep jumlah jika mereka dapat menghitung benda nyata seperti manik-manik atau balok dibanding hanya melihat angka di buku. Begitu juga dalam memahami konsep sebab-akibat, anak perlu mengalami langsung bagaimana sesuatu bekerja, bukan sekadar diberi penjelasan. Dengan memberikan pengalaman nyata, orang tua dan pendidik dapat mendukung perkembangan anak secara lebih optimal, membangun fondasi pemahaman yang kuat sebelum mereka siap beralih ke konsep yang lebih abstrak.

Anak-anak berada dalam tahap perkembangan di mana mereka belajar melalui indera mereka. Jean Piaget, seorang psikolog perkembangan, menjelaskan bahwa anak-anak usia dini berada dalam tahap sensorimotor dan praoperasional, di mana mereka memahami dunia melalui pengalaman langsung. Mereka belum mampu berpikir secara abstrak seperti orang dewasa, sehingga konsep-konsep yang tidak dapat mereka lihat, sentuh, atau rasakan akan sulit dipahami. Misalnya, konsep berat dan ringan akan lebih mudah mereka mengerti jika mereka benar-benar mengangkat benda dengan bobot berbeda daripada hanya diberi penjelasan secara verbal.

Ajak Anak Melihat Dunia Lebih Nyata

Selain itu, pengalaman konkret membantu membangun koneksi saraf di otak anak. Saat anak menyentuh, menggerakkan, dan mengeksplorasi benda nyata, mereka merangsang berbagai area otak yang berperan dalam pemrosesan informasi. Proses ini tidak hanya meningkatkan pemahaman, tetapi juga memperkuat daya ingat mereka terhadap konsep yang dipelajari. Ketika anak mengalami sesuatu secara langsung, mereka lebih mudah mengaitkan pengalaman tersebut dengan hal-hal lain dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika belajar tentang tanaman, anak akan lebih memahami proses pertumbuhan jika mereka ikut menyiram dan merawat tanaman sendiri dibanding hanya melihat gambar dalam buku.

Pengalaman nyata juga memainkan peran penting dalam membangun kepercayaan diri dan kemandirian anak. Saat mereka mencoba sesuatu dengan tangan mereka sendiri dan melihat hasilnya, mereka merasa lebih percaya diri dalam kemampuannya untuk belajar. Anak-anak yang diberi kesempatan untuk mengeksplorasi dan bereksperimen dengan dunia nyata cenderung memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar serta keterampilan pemecahan masalah yang lebih baik. Dengan kata lain, memberikan pengalaman konkret bukan hanya membantu mereka memahami konsep dengan lebih baik, tetapi juga membentuk karakter mereka agar lebih mandiri, percaya diri, dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

Jadi, ajak anak jalan-jalan ke dunia nyata dibandingkan dunia maya dibalik layar gadget. Bantu anak eksplorasi pengalaman dan pengelana dunia dengan melihat, menyentuh, mendengar dan mencium secara langsung semua aktivitas dan kegiatan yang ada di dunia nyata ini. Seperti beberapa waktu lalu ketika anak-anak penasaran dengan pesawat terbang, karena kami belum pernah naik pesawat, saya mengajak anak langsung melihat pesawat melalui Edutaiment Dirgantara Indonesia. Melihat pesawat secara langsung, bahkan melihat proses pembuatan pesawat dan mencoba menaikinya di tempat duduk Pilot dan Co-Pilot. Sehingga mereka melihat benar-benar nyata bentuk pesawat, besarnya pesawat dan apa saja yang ada didalamnya. 


Comments