Assalamualaikum,
Artikel ke-2 dalam rangka challange ramadhan dari BPN tahun ini aku akan membahas hal yang paling mendasar sekali dalam metode montessori. Montessori saat ini cukup digandrungi para orang tua juga para pendidik karena metodenya yang berbeda dan unik, kebanyakan saat ini melihat metode montessori hanya dari material atau alat ajar yang unik dan menarik. Padahal sebelum masuk dan memahami material-material yang diterapkan pada anak, kita sangat perlu untuk mengetahui filosofi dari montessori itu sendiri. Bahkan beberapa montessorian mengatakan bahwa material hanyalah pendukung, selebihnya kunci utama ada di filosofinya. Hal ini juga kunci bagaimana orang tua bisa menerapkan montessori at home, tentunya harus mengetahui dan memahami filosofi-filosofi yang ada di montessori.
Selama kurang lebih 3 bulan ini, aku dan teman-teman telah menyelesaikan modul filosofi montessori yang merasa banyak hal-hal yang tertampar olehnya. Bahwa banyak sekali mindset yang salah selama ini dalam mendampingi dan mendidik anak-anak, padahal hal-hal ini merupakan hal yang sangat mendasar sebelum kita memberikan pengasuhan yang baik pada anak-anak, yaitu mindset tentang anak.
Anak Bukan Miniatur Orang Dewasa, Hargai Mereka!
Kebanyakan orang dewasa selama ini memandang anak-anak merupakan seseorang yang lemah, tidak berdaya, tidak bisa apa-apa, tidak mengerti apa-apa. Hal-hal ini yang menjadikan dasar perilaku atau tindakan orang dewasa pada anak-anak yang kasar, meremehkan bahkan seenaknya. Anak-anak ditempatkan sebagai objek pelampiasan orang dewasa yang tidak bisa bertanggung jawab dengan dirinya dan emosi atau perilakunya sendiri. Ya! anak-anak banyak menjadi korban karena orang dewasa memiliki mindset yang salah pada anak-anak. Anak-anak yang tidak berdaya dijadikan objek perilaku orang dewasa yang seenaknya, merasa lebih superior, merasa anak-anak adalah bawahan mereka sehingga berprilaku seakan menempatkan anak-anak sebuah objek tanpa hati dan perasaan.
Miris sekali rasanya mengingat ini, bahwa ternyata memang benar selama ini kita, orang dewasa yang egois! menjadikan anak-anak objek sesuka hati kita, padahal kata Montessori anak-anak bukan miniatur orang dewasa, anak-anak memiliki kekuatan dan kemampuan yang sangat besar, hanya saja kita sering meremehkan mereka. Orang dewasa begitu sombong dan superior didepan anak-anak, padahal kenyataannya anak-anak lah yang membantu kita. Di tangan anak-anak lah dunia ini akan digenggam kelak. Maka sepatutnya kita tidak berlaku dan bepikir sedemikian rendahnya pada anak-anak.
Undang-undang tentang kekerasan dalam rumah tangga agaknya berlaku hanya pada orang dewasa, ketika kita melihat anak-anak diperlakukan kasar baik perkataan atau fisik oleh orang tuanya didepan umum-pun, kita tidak bisa melaporkan bahkan tidak bisa melindungi anak-anak. Kenapa hal ini terjadi? ya karena orang-orang dewasa ini masih menggangap wajar jika anak 'terkena marah' oleh orang tuanya. Ya! kita terlalu sombong, egois dan begitu merendahkan anak-anak saat ini.
Ubah Cara Pandang, Ubah Cara Asuh
Lagi-lagi dikatakan bahwa hal ini yang paling mendasar yang perlu kita ubah, mindset tentang anak! Anak-anak merupakan subjek bukan objek, mereka punya hati dan perasaan berikut juga kebutuhan dan keinginan yang juga perlu kita perhatikan. Tanpa kita sadari, anak-anak dianugrahi fitrah yang luar biasa oleh Allah, mereka punya potensi sejak lahir yang luar biasa besar, sehingga tidak sepatutnya kita meremehkan ciptaan Allah yang sempurna ini. Montessori menilai bahwa anak-anak bukan kertas putih yang bisa kita corat-coret sesuka hati, mereka punya potensi sejak lahir sebagai inner teacher mereka sendiri. Jika kita mau merenung dan mengamati perkembangan anak sejenak saja, dari anak lahir tidak bisa apa-apa lalu kemudian merangkak, duduk dan berdiri, itu semua dia lakukan sendiri karena ada dorongan dalam dirinya untuk melakukan hal tersebut. Dengan bantuan kita yang amat sedikit ini, mereka bisa melakukannya sendiri, bayangkan bagaimana jika kita memberikan stimulasi dan lingkungan yang lebih optimal dan mendukung untuk anak-anak dapat tumbuh, pastinya akan lebih optimal dalam membentuk diri anak.
Dunia ini akan dipegang oleh anak-anak yang saat ini sedang menemani kita, sehingga anak-anak merupakan sesuai yang amat berharga bagi kita. Nyatanya, kita lah yang banyak belajar pada anak-anak, kita lah yang lebih membutuhkan anak-anak. Anak-anak bukan bawahan, mereka setara dengan kita. Anak-anak anugerah dan amanah dari Allah. Dengan begitu semoga kita bisa lebih menghargai dan menghormati keberadaan anak-anak, karena hal ini yang menjadi dasar kualitas dari pengasuhan dan pendidikan kita terhadap mereka.
Upaya yang Bisa Dilakukan
Upaya yang mungkin bisa dilakukan untuk kita dalam mengubah mindset terhadap anak, diantaranya :
- Sadari bahwa anak adalah individu yang utuh : Anak bukan miniatur orang dewasa, mereka punya pemikiran, perasaan, dan hak untuk dihormati. Coba lihat mereka sebagai manusia seutuhnya, bukan sekadar ‘anak kecil’.
- Berhenti mengukur anak dengan standar orang dewasa : Jangan berharap anak bisa cepat paham atau berperilaku seperti orang dewasa. Mereka masih belajar dan butuh proses. Sabar, dan berikan kesempatan untuk berkembang sesuai tahapnya.
- Gunakan sudut pandang anak : Coba lihat dunia dari perspektif mereka. Misalnya, saat anak marah atau menangis, alih-alih berpikir mereka ‘cari perhatian’, coba pahami bahwa mereka sedang kesulitan mengelola emosi.
- Perhatikan cara berbicara kepada anak : Kata-kata yang sering kita ucapkan bisa mempengaruhi kepercayaan diri anak. Gantilah kalimat seperti "Kamu pasti nggak bisa" dengan "Coba dulu, Ibu percaya kamu bisa!".
- Berikan kebebasan bertanggung jawab : Anak mampu lebih dari yang kita kira jika diberikan kesempatan. Libatkan mereka dalam keputusan kecil, beri kebebasan yang sesuai usia, dan biarkan mereka belajar dari pengalaman.
- Belajar dan refleksi terus-menerus : Kadang kita membawa pola asuh dari generasi sebelumnya tanpa sadar. Luangkan waktu untuk belajar (misalnya lewat buku, seminar, atau komunitas parenting), lalu refleksikan apakah cara kita selama ini sudah menghargai anak sebagai individu.
Semoga dengan begini kita bisa lebih optimal dalam pengasuhan dan pendidikan pada anak-anak karena jika dasarnya sudah dibenahi tentu akan lebih mudah dan nyaman dalam prosesnya kelak, anak-anak tentu akan merasakan keberadaan kita yang lebih tulus dalam menghargai dan menghormati mereka. Kita dan anak-anak sama-sama ciptaan-Nya yang paling sempurna, kita dan anak-anak setara sehingga ego dan kesombongan memang patut disingkirkan dalam proses pengasuhan dan pendidikan kita pada anak-anak.
Setelah ini barulah kita akan lebih open untuk memahami kebutuhan dan karakteristik anak-anak karena hal ini juga salah satu bagian penting yang mendasar untuk mendampingi tumbuh kembang mereka menjadi lebih optimal. Karena menurut Montessori anak memiliki 4 tahapan yang berbeda namun berkaitan satu sama lain. Orang dewasa perlu memahami 4 tahapan ini yang menjadi kunci memahami kebutuhan dan karakteristik anak sesuai tahapan perkembangannya. Next kita bahas di tulisan selanjutnya ya!
Kalau menurut kamu, bagian mana yang paling menantang untuk diubah dalam mindset kita tentang anak?
Comments
Post a Comment